Monday, November 17, 2014|| Yayasan Pemimpin Anak Bangsa

Saya mengenal Andri Rizki Putra, sering disapa Kiki, di Pusdiklat PLN di Ragunan. Saat itu sedang diadakan acara wisuda peserta didik Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) di sana.

YPAB menyediakan komunitas belajar mengajar tanpa biaya bagi yang putus sekolah. Didirikan oleh Kiki dan rekan-rekannya dua tahun lalu. Peserta didik YPAB disiapkan untuk mengikuti ujian kesetaraan Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA).

Acara wisuda diadakan untuk mengapresiasi peserta didik yang sudah lulus ujian kesetaraan. Ada 27 orang yang diwisuda hari itu.

Kiki dan rekan-rekannya memiliki mimpi mulia: bahwa nikmat pendidikan harus bisa diperoleh semua anak negeri.

--
YPAB  tidak lahir begitu saja. Melalui bukunya, Orang Jujur Tidak Sekolah, Kiki menceritakan  bagaimana ia memperoleh pendidikan menengah atas tanpa melalui jalur formal. Selain karena hambatan ekonomi, ia meninggalkan jalur formal karena tidak bisa diam menerima praktik kecurangan ujian nasional di sekolah menengah pertamanya dulu.

"Pendidikan lah yang mengantar seseorang untuk menjadi pribadi dan karakter yang lebih baik. Lalu, apa jadinya apabila institusi pendidikan yang kita nilai sakral dan dipercaya akan mengantarkan seseorang memiliki karakter yang lebih baik, justru menjadi institusi yang menghalalkan segala cara untuk kesuksesan bagi muridnya?"

Kiki kemudian memilih untuk belajar mandiri dan mengikuti ujian paket C. "Aku mendidik diriku sendiri." Kalimat favorit saya di buku itu.

Perjuangan mandiri ini yang kemudian mendorong Kiki, bersama beberapa rekannya, untuk mendirikan komunitas belajar untuk anak putus sekolah: Yayasan Pemimpin Anak Bangsa. 

Bahwa ada jalan untuk memperoleh pendidikan dasar tanpa harus mengikuti sekolah formal. Sekolah formal sering dilihat sebagai cara utama dan satu-satunya untuk memperoleh pendidikan ― sedangkan sekolah di Indonesia tidak gratis dan seringnya tidak murah. Pada akhirnya hanya mereka yang memiliki keadaan ekonomi baik yang bisa menyekolahkan anaknya.

Pendidikan kemudian menjadi sebuah ironi: merupakan hak semua orang dan kunci menuju kesejahteraan, namun sekaligus adalah sebuah kemewahan.

"Tidak semua orang dapat bersekolah. Banyak sekali faktornya. ... Bagaimana dengan mereka yang harus bekerja sehingga tidak mungkin memiliki waktu untuk menimba ilmu di sekolah? Mereka yang tidak lagi berusia muda sehingga tidak bisa kembali ke sekolah? Mereka yang memiliki keterbatasan fisik sehingga sulit diterima di sekolah umum?"  

Dengan kita membuka diri terhadap alternatif seperti pendidikan kesetaraan, diharapkan bisa memperluas aksesibilitas pendidikan itu sendiri. Dalam pendidikan kesetaraan tidak ada batasan umur dan latar belakang.

Adanya komunitas belajar mandiri gratis dengan tutor relawan seperti yang diadakan YPAB menjadikan pendidikan tidak lagi menjadi barang mewah yang hanya bisa diakses orang tertentu. Selain itu, sistem pengajaran dengan sistem tutor relawan menjadikan pendidikan ini tanggung jawab bersama.

Saya mengamini mimpi YPAB, bahwa nikmat pendidikan harus bisa diperoleh semua anak negeri. []


Informasi mengenai YPAB bisa dilihat di sini, juga di Indorelawan.
Merekomendasi buku Orang Jujur Tidak Sekolah, diterbitkan oleh Bentang Pustaka.

---


I spent most of my time in school. To be more precise, I was lucky enough to be enrolled in formal school for roughly 21 out of 28 years of my life ― the reason why this recent encounter with YPAB had stricken me deep.

I teach math for paket C students at Rumah Bintaro YPAB. Once after class, one of the students asked me how old I was and why I decided to continue my education. He asked me how he can do the same and whether or not his circumstances would hinder his efforts. 

I answered as honestly as I could. That it requires motivation and effort, but with persistence and determination, it is bound to work. Nothing is out of reach. Kiki is one of the true examples.

I was reminded once again that life is not fair, competition is not fair, and perhaps will continue to be unfair for quite some time.

While students there struggle to find time and resources to study, I had it easy. I was provided with everything needed to excel during high school and beyond.

The starting line is not the same. Some people are born with privileges that guarantee them to get any education they need, while others are not.

Then it becomes the responsibility of the privileged to make sure that nobody lefts behind. Because those who have the privilege to know, have the duty to act. ―Albert Einstein.

7:47 AM |